TOKOH-TOKOH SEJARAH HINDU-BUDHA DAN ISLAM
A. Tokoh-tokoh Sejarah pada Masa Hindu
1. Aswawarman
Aswawarman adalah raja Kutai kedua. Ia menggantikan Kudungga sebagai raja. Sebelum masa pemerintahan Aswawarman, Kutai menganut kepercayaan animisme. Ketika Asmawarman naik tahta, ajaran Hindu masuk ke Kutai. Kemudian kerajaan ini menganut agama Hindu. Aswawarman dipandang sebagai pembentuk dinasti raja yang beragama Hindu. Agama Hindu masuk de dalam sendi kehidupan Kerajaan Kutai. Keturunan Aswawarman memakai nama-nama yang lazim digunakan di India. Pengaruh Hindu juga tampak pada tatanan masyarakat, upacara keagamaan, dan pola pemerintahan Kerajaan Kutai.
2. Mulawarman
Mulawarman menggantikan Aswawarman sebagai raja Kutai. Mulawarman menganut agama Hindu. Kemungkinan besar pada masa pemerintahan Mulawarman telah ada orang Indonesia asli yang menjadi pendeta Hindu. Dengan demikian upacara keagamaan tidak lagi dipimpin oleh Brahmana dari India. Mulawarman mempunyai hubungan baik dengan kaum Brahmana. Hal ini dibuktikan karena semua yupa dibuat oleh pendeta Hindu. Mereka membuatnya sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Raja Mulawarman. Sanga raja telah melindungi agama Hindu dan memberikan banyak hadiah kepada kaum brahmana. Agama Hindu dapat berkembang pesat di seluruh wilayah Kerajaan Kutai.
3. Purnawarman
merupakan raja Tarumanegara. Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan tertua kedua setelah Kerajaan Kutai. Purnawarman memeluk agama Hindu yang menyembah Dewa Wisnu.
Prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara banyak menceritakan kebesaran Raja Purnawarman. Dalam Prasasti Ciaruteun terdapat jejak tapak kaki seperti tapak kaki Wisnu dan dinyatakan sebagai tapak kaki Raja Purnawarman. Di bawah kepemimpinan Raja Purnawarman, Kerajaan Tarumanegara dan rakyatnya berjalan baik dan teratur. Bukti keberhasilan kepemimpinan ini tercermin dalam Prasasti Tugu. Di prasasti itu diceritakan pembangunan saluran air untuk pengairan dan pencegahan bajir.
4. Airlangga
Airlangga adalah Raja Kahuripan. Beliau memerintah pada tahun 1.019-1.049. Airlangga sebenarnya putera raja Bali. Beliau dijadikan menantu oleh Raja Darmawangsa. Ketika pernikahan berlangsung, Kerajaan Kahuripan diserang bala tentara dari Wurawuri. Airlangga dan dibeberapa pengiringnya berhasil melarikan diri.
Airlangga menyusun kekuatan untuk mengusir musuh. Usaha tersebut berhasil. Bahkan, Airlangga berhasil memperkuat kerajaan Kahuripan dan memakmurkan rakyatnya. Airlangga sebenarnya merupakan gelar yang diterima karena beliau berhasil mengendalikan air sungai Brantas sehingga bermanfaat bagi rakyat.
Ketika sudah tua, Airlangga mengundurkan diri dari pemerintahan. Beliau pergi ke gunung untuk menjadi petapa. Sebagai petapa beliau bergelar Jatiningrat. Urusan pemerintahan diserahkan kepada dua orang puteranya. Namun kedua puteranya bersaing memperebutkan kekuasaan. Airlangga memerintahkan Empu Baradah untuk membagi kerajaan menjadi dua, yakni Panjalu (Kadiri) dan Jenggala. Sungai Brantas menjadi batas kedua kerajaan baru itu.
Airlangga merupakan salah satu raja besar dalam sejarah Indonesia. Dalam patung-patung lama, beliau sering digambarkan sebagai penjelmaan Wisnu yang mengendarai garuda.
5. Jayabaya
Jayabaya adalah raja terbesar dari Kerajaan Panjalu atau Kadiri. Beliau memerintah tahun 1135-1157 M. Namanya selalu dikaitkan dengan Jangka Jayabaya yang berisi ramalan-ramalan tentang nasib Pulau Jawa.
Keberhasilan dan kemasyhuran Raja Jayabaya dapat dilihat dari hasil sastra pada masa pemerintahannya. Atas perintahnya, pujangga-pujangga keraton berhasil menyusun kitab Bharatayudha. Kitab ini ditulis oleh Empu Sedah dan diselesaikan oleh Empu Panuluh. Kitab Bharatayudha itu dimaksudkan untuk mengabadikan kebesaran raja dan memperingati kemenangan-kemenangan Raja Jayabaya.
6. Ken Arok
Ken Arok adalah pendiri kerajaan Singasari. Beliau juga menjadi cikal bakal raja-raja Majapahit. Mula-mula Ken Arok mengabdi kepada Awuku Tunggul Ametung di Tumapel. Tumapel termasuk wilayah kerajaan Kediri. Ken Arok jatuh cinta kepada Ken Dedes, istri Tunggul Ametung. Ken Arok membunuh Tunggul Ametung. Kemudian ia memperistri Ken Dedes dan menjadi penguasa di Tumapel.
Waktu itu di Kerajaan Kediri terjadi pertentangan antara raja dan kaum Brahmana. Kaum Brahmana melarikan diri ke Tumapel dan mendapatkan perlindungan dari Ken Arok. Kemudian, para brahmana menobatkan Ken Arok sebagai raja di Tumapel pada tahun 1222. Setelah menjadi raja, Ken Arok bergelar Sri Ranggah Rajasa Amurwabhumi. Nama kerajaannya adalah Singasari.
Berita pendirian Kerajaan Singasari membuat raja Kediri Kertajaya (Dandang Gendis) marah. Kertajaya memimpin pasukan yang besar jumlahnya dari Kediri untuk menyerang Singasari. Terjadilah pertempuran besar antara Kerajaan Kediri melawan Singasari di desa Ganter. Ken Arok berhasil memenangkan pertempuran. Sejak saat itu, wilayah Kerajaan Kediri dikuasai oleh Singasari.
Ken Arok tidak lama memerintah Singasari. Pada tahun 1227 beliau dibunuh oleh suruhan Anusapati, anak tirinya.
7. Raden Wijaya
Raden Wijaya adalah pendiri dan raja pertama Kerajaan Majapahit. Raden Wijaya bergelar Kertarajasa Jayawardhana. Sebelum menjadi raja, adalah pemimpin tentara Singasari. Dalam pertempuran melawan tentara Jayakatwang, pasukannya kalah. Beliau melarikan diri ke desa Kudadu bersama para pengikutnya. Selanjutnya, beliau menyingkir ke Madura dan minta bantuan Wiraraja, adipati Sumenep. Atas saran Wiraraja, Raden Wijaya menyerahkan diri kepada Jayakatwang dan mengabdikan diri kepadanya.
Raden Wijaya diizinkan untuk membuka Hutan Tarik. Daerah inilah yang kemudian berkembang menjadi pusat Kerajaan Majapahit. Raden Wijaya menyusun kekuatan untuk menyerang Jayakatwang. Saat itu datang pasukan Kubilai Khan dari Cina dengan tujuan menghancurkan Kerajaan Singasari. Mereka tidak mengetahui bahwa Kerajaan Singasari sudah hancur. Hal ini dimanfaatkan Raden Wijaya untuk membalas dendam kepada Jayakatwang.
Raden Wijaya bekerjasama dengan pasukan Kubilai Khan. Dalam waktu singkat, Kerajaan Kediri hancur dan Raja Jayakatwang terbunuh. Setelah itu, Raden Wijaya bersama pasukannya menyerang pasukan Kubilai Khan. Pasukan Kubilai Khan dapat dikalahkan dengan mudah. Pasukan Kubilai Khan banyak yang tewas, sisanya melarikan diri. Setelah itu, Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit.
Raden Wijaya wafat pada tahun 1309 M. Beliau didarmakan (disemayamkan) di Candi Siwa di Simping. Kedudukannya sebagai raja digantikan putranya, Kalagemet yang bergelar Sri Jayanegara.
8. Gajah Mada
Gajah Mada adalah patih mangkubumi (maha patih) Kerajaan Majapahit. Namanya mulai dikenal setelah beliau berhasil memadamkan pemberontakan Kuti. Gajah Mada muncul sebagai seorang pemuka kerajaan sejak masa pemerintahan Jayanegara (1309-1328). Kariernya dimulai dengan menjadi anggota pasukan pengawal raja (Bahanyangkari). Mula-mula, beliau menjadi Bekel Bahanyangkari (setingkat komandan pasukan). Kariernya terus menanjak pada masa Kerajaan Majapahit dilanda beberapa pemberontakan, seperti pemberontakan Ragga Lawe (1309), Lembu Sura (1311), Nambi (1316), dan Kuti (1319).
Pada tahun 1328 Raja Jayanegara wafat. Beliau digantikan oleh Tribhuanatunggadewi. Sadeng melakukan pemberontakan. Pemberontakan Sadeng dapat ditumpas oleh pasukan Gajah Mada. Atas jasanya, Gajah Mada diangkat menjadi Maha Patih Majapahit pada tahun 1334. Pada upacara pengangkatannya, beliau bersumpah untuk menaklukkan seluruh Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit. Sumpah itu dikenal dengan Sumpah Palapa.
Gajah Mada tetap menjadi Patih mangkubumi ketika Hayam Wuruk naik tahta. Beliau mendampingi Hayam Wuruk menjalankan pemerintahan. Pada masa inilah Majapahit mengalami masa Kejayaan. Wilayah Majapahit meliputi hampir seluruh Jawa, sebagian besar Pulau Sumatera, Semenanjung Malaya, Kalimantan, dan Indonesia bagian timur hingga Papua.
9. Hayam Wuruk
Hayam Wuruk (1334-1389) adalah raja terbesar Majapahit. Beliau bergelar Sri Rajasanagara. Beliau adalah Putra Ratu Tribhuanatunggadewi dan Kertawardana. Di bawah pemerintahan beliau, Majapahit mengalami puncak kebesaran dan zaman keemasan. Pada masa itu, Mahapatih Gajah Mada berhasil mempersatukan seluruh Nusantara. Daerah kekuasaan Majapahit kurang lebih meliputi wilayah Indonesia saat ini. Perdagangan dengan luar negeri, terutama Cina, mencapai kemajuan, begitu pula bidang kesusastraan, seni pahat, seni bangun, kehakiman, dan agama.
Nama Hayam Wuruk terkenal dalam sejarah Indonesia karena dikisahkan dalam kitab Negarakertagama yang disusun oleh Empu Prapanca. Peninggalan Majapahit yang terkenal dari masa pemerintahan Hayam Wuruk antara lain himpunan kitab sejarah Singsari dan Majapahit hasil karya Empu Prapanca, serta cerita sastra Arjunawiwaha dan Sutasoma gubahan Empu Tantular. Salah satu peristiwa penting ketika Hayam Wuruk berkuasa adalah kemenangan Majapahit dalam pertempuran melawan Kerajaan Sunda (Pajajaran) tahun 1351. Perang tersebut dikenal dengan sebutan Perang Bubat. Setelah Hayam Wuruk wafat (1389), Majapahit mengalami kemerosotan.
B. Tokoh-tokoh Sejarah pada Masa Budha
1. Balaputradewa
Balaputradewa adalah raja Sriwijaya yang memerintah sekitar abad ke-9 atau ke-10 Masehi. Beliau berasal dari keluarga Syailendra, yang berkuasa di Pulau Jawa mulai sekitar tahun 750. Ayah Balaputradewa bernama Samaragrawira dan ibunya bernama Tara. Balaputradewa kemudian bergelar Sri Wirawairimathana.
Pada zaman pemerintahan Balaputradewa, Sriwijaya menjalin hubungan dagang dengan kerajaan-kerajaan di Jawa, Semenanjung Malaya, dan Cina. Karena itu, nama Balaputradewa juga dikenal di negeri lain. Di daerah Nalanda, India, nama Balaputradewa terpahat pada prasasti di antara puing suatu wihara kuno. Di situ tercantum Suwarnadwipa, sebutan lain bagi Pulau Sumatra atau Kerajaan Sriwijaya.
2. Sakyakirti
Sakyakirti adalah seorang mahaguru agama Buddha yang ada di Kerajaan Sriwijaya. Menurut kesaksian I-Tsing Sriwijaya telah menjadi pusat agama Buddha. Di sana ada lebih dari seribu pendeta yang belajar agama Buddha. Diperkirakan di Sriwijaya sudah berdiri sebuah perguruan Buddha. Perguruan ini mempunyai hubungan baik dengan perguruan Buddha yang ada di Nalanda, India.
3. Kertanegara
Kertanegara adalah raja terakhir dari Kerajaan Singasari. Beliau adalah cicit Ken Arok. Kertanegara memerintah tahun 1268-1292. Kertanegara bergelar Maharajadhiraja Sri Kertanegara Wikrama Dharmottunggadewa. Kertanegara adalah raja yang sangat terkenal baik dalam bidang politik maupun keagamaan. Dalam bidang politik, Jayanegara dikenal sebagai raja yangmenguasai ilmu ketatanegaraan dan mempunyai gagasan memperluas wilayah kerajaannya. Kertanegara menganut agama Buddha Tantrayana.
Tahun 1275 Kertanegara mengirim pasukan untuk menaklukkan Kerajaan Sriwijaya. Pengiriman pasukan itu dikenal dengan ekspedisi Pamalayu. Ketika Kertanegara memerintah, Kerajaan Singasari sempat menguasai Sumatera, Bakulapura (Kalimantan Barat), Jawa Barat (Sunda), Madura, Bali, dan Gurun (bagian Indonesia Timur).
Pemerintahan Kertanegara berakhir ketika diserang oleh Jayakatwang dari Gelang-gelang. Setelah Kertanegara gugur, seluruh kerajaan Singasari dikuasai oleh Jayakatwang.
C. Tokoh-tokoh Sejarah pada Masa Islam
1. Sultan Malik Al-Saleh
Sultan Malik Al-Saleh adalah pendiri dan raja pertama Kerajaan Samudera Pasai. Sebelum menjadi raja beliau bergelar Merah Sile atau Merah Selu. Beliau adalah putera Merah Gajah. Diceritakan Merah Selu mengembara dari satu tempat ke tempat lain. Akhirnya, beliau berhasil diangkat menjadi raja di suatu daerah, yaitu Samudra Pasai.
Merah Selu masuk Islam berkat pertemuannya dengan Syekh Ismail, seorang Syarif Mekah. Setelah masuk Islam, Merah Selu diberi gelar Sultan Malik Al-Saleh atau Sultan Malikus Saleh. Sultan Malik Al-Saleh wafat pada tahun 1297 M.
2. Sultan Ahmad (1326-1348)
Sultan Ahmad adalah sultan Samudera Pasai yang ketiga. Beliau bergelar Sultan Malik Al-Tahir II. Pada masa pemerintahan beliau, Samudera Pasai dikunjungi oleh seorang ulama Maroko, yaitu Ibnu Battutah. Ulama ini mendapat tugas dari Sultan Delhi, India untuk berkunjung ke Cina. Dalam perjalanan ke Cina Ibnu Battutah singgah di Samudera Pasai.
Ibnu Battutah menceritakan bahwa Sultan Ahmad sangat memperhatikan perkembangan Islam. Sultan Ahmad selalu berusaha menyebarkan Islam ke wilayah-wilayah yang berdekatan dengan Samudera Pasai. Beliau juga memperhatikan kemajuan kerajaannya.
3. Sultan Alauddin Riyat Syah
Sultan Alauddin Riyat Syah adalah sultan Aceh ketiga. Beliau memerintah tahun 1538-1571. Sultan Alauddin Riyat Syah meletakan dasardasar kebesaran Kesultanan Aceh. Untuk menghadapi ancaman Portugis, beliau menjalin kerja sama dengan Kerajaan Turki Usmani dan kerajaankerajaan Islam lainnya. Dengan bantuan Kerajaan Turki Usmani, Aceh dapat membangun angkatan perang yang baik.
Sultan Alauddin Riyat Syah mendatangkan ulama-ulama dari India dan Persia. Ulama-ulama tersebut mengajarkan agama Islam di Kesultanan Aceh. Selain itu, beliau juga mengirim pendakwah-pendakwah masuk ke pedalaman Sumatera, mendirikan pusat Islam di Ulakan, dan membawa ajaran Islam ke Minang Kabau dan Indrapura. Sultan Alauddin Riyat Syah wafat pada tanggal 28 September 1571.
4. Sultan Iskandar Muda (1606-1637)
Sultan Iskandar Muda adalah sultan Aceh yang ke-12. Beliau memerintah tahun 1606-1637. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Aceh mengalami puncak kemakmuran dan kejayaan. Aceh memperluas wilayahnya ke selatan dan memperoleh kemajuan ekonomi melalui perdagangan di pesisir Sumatera Barat sampai Indrapura. Aceh meneruskan perlawanan terhadap Portugis dan Johor untuk merebut Selat Malaka.
Sultan Iskandar Muda menaruh perhatian dalam bidang agama. Beliau mendirikan sebuah masjid yang megah, yaitu Masjid Baiturrahman. Beliau juga mendirikan pusat pendidikan Islam atau dayah. Pada masa inilah, di Aceh hidup seorang ulama yang sangat terkenal, yaitu Hamzah Fansuri.
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, disusun sistem perundang-undangan yang disebut Adat Mahkota Alam. Sultan Iskandar Muda juga menerapkan hukum Islam dengan tegas. Bahkan beliau menghukum rajam puteranya sendiri. Ketika dicegah melakukan hal tersebut, beliau mengatakan, “Mati anak ada makamnya, mati hukum ke mana lagi akan dicari keadilan.” Setelah beliau wafat, Aceh mengalami kemunduran.
5. Raden Patah
Raden Patah atau Praba atau Raden Bagus Kasan (Hasan), memiliki nama Tionghoa Jin Bun sehingga disebut juga Senapati Jimbun atau Panembahan Jimbun, bergelar Sultan Syah Alam Akbar al-Fatah (1455–1518), adalah pendiri dan Raja Demak pertama dan memerintah tahun 1500-1518. Menurut kronik Tiongkok dari Kuil Sam Po Kong Semarang, ia memiliki nama Tionghoa yaitu Jin Bun tanpa nama marga di depannya, karena hanya ibunya yang berdarah Tionghoa. Jin Bun artinya orang kuat. Nama tersebut identik dengan nama Arabnya "Fatah (Patah)" yang berarti kemenangan. Pada masa pemerintahannya Masjid Demak didirikan, dan kemudian ia dimakamkan di sana.
Kelahiran pendiri Demak, kerajaan pertama Islam di Jawa, didahului rasa cemas. Ratu Dwarawati khawatir usai bermimpi melihat selir suaminya, Brawijaya V, yang berasal dari Tiongkok, memangku rembulan. Saat itu, Putri Tiongkok tersebut sedang hamil. Dengan sejumlah alasan, Dwarawati berhasil membujuk Brawijaya, raja terakhir Majapahit itu, untuk menitipkan Putri Tiongkok ke sulung mereka, Arya Damar, yang menjadi Bupati Palembang.
Anak yang lahir di Palembang itu kelak menjadi peletak "batu pertama" Islam di tanah Jawa. Ia lahir pada 1455 Masehi dengan nama Jin Bun. Ketika dia lahir, Brawijaya V masih berstatus putra mahkota Majapahit. Baru pada 1468, Brawijaya V dinobatkan sebagai raja.
Filolog Slamet Muljana dalam Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara memaparkan, berdasarkan Serat Kandha, Puteri Tiongkok itu adalah anak sahabat Brawijaya V, seorang saudagar bernama Kiai Bantong atau Ban Hong.
Terkait identitas dan kisah Puteri Tiongkok hingga bisa menjadi selir Brawijaya V, nyaris tak ada sumber tertulis yang mengupas secara khusus.
Namun, diduga Puteri Tiongkok tersebut telah menganut Islam. Menurut sejarawan Denys Lombard dalam Nusa Jawa, banyak orang Tiongkok pada abad XV yang tinggal di pesisir menganut Islam.
Brawijaya V sendiri, seperti kebanyakan pemimpin Majapahit, menganut agama Siwa.
Pada 1474 Masehi, Jin Bun berlayar ke Jawa dan belajar agama Islam kepada Sunan Ampel, salah seorang Wali Songo, di Surabaya. Jin Bun lalu bersalin nama menjadi Raden Patah.
Kemudian, Sunan Ampel memerintahkan Raden Patah untuk pindah ke Jawa Tengah, membuka hutan Glagah Wangi atau Bintara dan mendirikan pesantren.
Seiring perjalanan waktu, banyak yang tertarik menjadi santri di pesantren tersebut. Demak berkembang pesat. Brawijaya V lalu mengukuhkan Raden Patah sebagai Adipati Demak.
Dengan bantuan daerah-daerah lain yang telah lebih dulu menganut Islam seperti Jepara, Tuban, dan Gresik, Raden Patah memutuskan ikatan dengan Majapahit. Menurut Slamet Muljana, Demak menyerang Majapahit pada 1478 Masehi.
Setelah Majapahit runtuh, Demak kian mekar sebagai pusat penyebaran Islam dan tempat perniagaan yang sibuk.
Nama Raden Patah, yang "nonpribumi itu", niscaya menempati posisi istimewa dalam sejarah syiar Islam di Jawa
Tokoh-tokoh Sejarah Islam di Jawa
Di pulau Jawa terdapat sembilan ulama pelopor dan pejuang pengembangan Islam. Mereka adalah Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati. Mereka lebih populer dengan sebutan Wali Songo, yaitu:
- Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
- Sunan Ampel (Raden Rahmat)
- Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim)
- Sunan Giri (Raden Paku)
- Sunan Drajat (Syarifuddin)
- Sunan Kalijaga (Raden Mas Syahid)
- Sunan Kudus (Ja’far Sadiq)
- Sunan Muria (Raden Umar Said)
- Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Tokoh-tokoh Sejarah Islam di Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku
Perkembangan Islam di wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku juga terjadi melalui jalur perdagangan. Perkembangan Islam di daerah ini semakin cepat karena peran putra-putra daerah ini menuntut ilmu agama Islam ke Jawa. Ketika pulang mereka menjadi ulama yang menyebarkan agama di daerahnya. Perkembangan Islam di wilayah ini ditandai dengan berdirinya kerajaan Islam seperti Kesultanan Kutai Kertanegara, Ternate, dan Kerajaan Gowa-Tallo. Beberapa tokoh dari sejarah perkembangan Islam di Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku antara lain sebagai berikut.
Dato ri Bandang dan kawan-kawan
Ada tiga mubalik asal Minangkabau yang merintis penyebaran Islam di Sulawesi Selatan. Mereka adalah Dato ri Bandang (Abdul Makmur Khatib Tunggal), Dato ri Patimang (Sulaiman Khatib Sulung), dan Dato ri Tiro (Jawad Khatib Bungsu). Dato ri Bandang bersama dengan Dato Suleman datang ke Kerajaan Gowa-Tallo untuk menyiarkan agama Islam. Mereka berdua dengan giat mengenalkan agama Islam dan seluk-beluknya kepada masyarakat setempat. Lambat laun, banyak masyarakat yang tertarik memeluk agama Islam. Setelah masuk Islam Sultan Gowa tersebut bergelar Sultan Alauddin.
Sultan Alauddin
Sultan Alauddin adalah raja Gowa ke-14. Beliau adalah raja Gowa pertama yang memeluk agama Islam. Beliau masuk Islam bersamaan dengan raja Tallo. Raja Tallo tersebut sekaligus menjadi Mangkubumi Kerajaan Gowa. Setelah masuk Islam, raja Tallo itu dinamai Sultan Abdullah Awwal al-Islam.
SetelahSultan Alauddin dan Mangkubuminya Sultan Abdullah Awwal al-Islam masuk Islam, berangsur-angsur rakyat Gowa-Tallo juga di-islamkan. Sultan Alauddin juga berusaha menyebarkan Islam ke kerajaan tetangganya. Kerajaan-kerajaan yang berhasil di-islam-kan antara lain Kerajaan Soppeng (1607), Wajo (1610), dan Bone (1611). Beliau masih melanjutkan penyebaran Islam ke Buton, Dompu (Sumbawa), dan Kengkelu (Tambora, Sumbawa).
Tuan Tunggang Parangan
Tuan Tunggang Parangan adalah ulama yang menyebarkan agama Islam di Kerajaan Kutai Kertanegara di Kalimantan Timur. Awalnya di kerajaan ini ada dua ulama yang melakukan siar agama Islam yaitu Tuan Tunggang Parangan dan Dato ri Bandang. Namun setelah beberapa lama, Dato ri Bandang kembali ke Makasar (Kerajaan Gowa- Tallo) melanjutkan siar yang telah beliau rintis di sana. Tuan Tunggang Parangan tetap tinggal di Kutai.
Berkat ajaran Tuan Tunggang Parangan, Raja Aji Mahkota memeluk Islam. Hal itu diikuti oleh putranya, Ai Di Langgar, yang menggantikan kedudukannya. Keislaman Raja Mahkota diikuti juga oleh pangeran, hulubalang, dan seluruh rakyat Kutai. Penduduk yang enggan masuk Islam semakin terdesak masuk ke pedalaman.
Kerajaan Kutai Kertanegara berganti nama menjadi Kesultanan Kutai Kertanegara. Ajaran Islam berkembang pesat di kesultanan ini. Raja memberlakukan undang-undang kesultanan yang berpedoman pada ajaran Islam.
Sultan Zainal Abidin
Zainal Abidin adalah raja Kerajaan Ternate (1486-1500). Beliau pernah pergi ke Giri, untuk belajar agama Islam. Ketika kembali dari Giri, beliau berusaha memasukkan ajaran Islam dalam pemerintahannya. Beliau juga berusaha memperluas pengajaran Islam untuk rakyat. Beliau mendirikan pesantren dan mendatangkan guru-guru (ulama) dari Jawa. Selain itu, Zainal Abidin juga berusaha menyebarkan Islam lewat ekspansi kekuasaannya.
Kode ABSEN: RAJA kirim ke WA pak ADIN